Kenapa Kita Mudah Gelisah?
Gelisah adalah salah satu perasaan yang paling sering muncul dalam kehidupan manusia. Tanpa diminta, ia datang begitu saja—mengusik pikiran, menyesakkan dada, dan membuat hati tidak tenang. Namun, pernahkah kita bertanya: kenapa sebenarnya kita mudah gelisah? Apa yang membuat hati terasa berat meskipun tidak ada masalah besar?
Dalam Islam, kegelisahan bukan hanya persoalan psikologis, tetapi juga cerminan kondisi hati dan sejauh mana hubungan kita dengan Allah terjaga. Gelisah sering lahir dari hati yang “kering”, hati yang jauh dari zikir, atau hati yang memikul beban dunia terlalu banyak.
1. Terlalu Banyak Memikirkan Masa Depan
Kadang kita membayangkan hal-hal buruk yang belum tentu terjadi. Pikiran merekayasa skenario yang membuat kita takut, seolah-olah masa depan adalah ancaman. Padahal Allah sudah berjanji:
“Dan di langit terdapat rezekimu dan apa yang dijanjikan kepadamu.” (QS. Adz-Dzariyat: 22)
Mengkhawatirkan sesuatu yang Allah sudah jamin hanya membuat hati semakin berat.
2. Mengikat Diri pada Dunia
Semakin kita menggantungkan kebahagiaan pada dunia—uang, pujian, status—semakin hati mudah terguncang. Dunia itu tidak stabil. Hari ini di atas, besok di bawah. Ketika dunia dijadikan tujuan, hati tidak akan pernah benar-benar tenang.
3. Kurangnya Zikir dan Penguatan Hati
Hati tanpa zikir itu ibarat tubuh tanpa makanan—lemah, rapuh, dan mudah goyah.
Allah berfirman:
“Ketahuilah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang.” (QS. Ar-Ra’d: 28)
Saat zikir menjauh, kegelisahan mendekat. Semakin jauh kita dari Allah, semakin dekat kita dengan rasa cemas.
4. Tidak Menyerahkan Urusan kepada Allah
Kita ingin mengontrol segala hal dalam hidup, padahal kita hanyalah hamba. Tidak semua bisa kita genggam.
Rasulullah SAW mengajarkan doa istirja’, doa penyerahan diri, doa yang membuat hati lapang. Karena hati tenang bukan ketika semua berjalan sesuai rencana, melainkan ketika kita yakin Allah selalu bersama kita.
5. Lelahnya Pikiran yang Tidak Pernah Beristirahat
Kadang kita gelisah bukan karena masalah besar, tetapi karena pikiran tidak pernah berhenti. Overthinking membuat hal kecil menjadi besar. Padahal banyak hal yang sebenarnya bisa kita lepaskan jika kita belajar percaya pada takdir Allah:
“Apa saja yang menimpamu tidak akan meleset darimu, dan apa saja yang meleset darimu tidak akan menimpamu.” (HR. Abu Dawud)
Bagaimana Mengatasi Kegelisahan?
-
Perbanyak zikir—terutama Hasbunallah wa ni’mal wakil ketika hati cemas.
-
Kurangi konsumsi media sosial yang membuat hati sibuk membandingkan diri dengan orang lain.
-
Bangun hubungan yang kuat dengan Al-Qur’an—bacaan yang menenangkan jiwa.
-
Redakan pikiran dengan mengambil jeda, menarik napas panjang, dan menyerahkan sisanya kepada Allah.
Penutup
Gelisah adalah tanda bahwa hati membutuhkan Allah. Ia bukan musibah, tapi panggilan lembut dari Tuhan agar kita pulang kepada-Nya. Jika kita kembali mendekat, insyaAllah ketenangan itu pun akan kembali.
