Teman Satu Kamar, Satu Hafalan, Satu Perjalanan — Kisah yang Tak Pernah Usai
Di sanalah tempat seorang santri belajar bahwa menghafal bukan hanya tentang kuatnya ingatan, tetapi tentang kuatnya dukungan. Ada teman yang membangunkan lebih awal sekadar untuk memastikan hafalan temannya siap. Ada yang membantu menyimak, mengoreksi, dan terkadang ikut mengulang sampai larut malam. Ada pula yang diam-diam menahan kantuk untuk menemani sahabatnya yang sedang terpuruk.
Kebersamaan seperti itu membuat perjalanan menghafal menjadi lebih mudah dijalani. Bukan karena hafalannya ringan, tetapi karena hati menjadi kuat. Yang awalnya terasa mustahil, tiba-tiba menjadi mungkin karena ditemani oleh orang-orang yang berjalan dengan arah yang sama.
Allah mengingatkan bahwa dalam perjalanan menuju kebaikan, kita tidak diperintahkan untuk melangkah sendirian.
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebaikan dan ketakwaan…”(QS. Al-Mā'idah: 2)
Ayat ini seolah hidup di setiap sudut asrama Sunan Bonang. Di dalam kamar sempit yang penuh buku itu, para santri belajar arti saling menopang. Mereka bukan hanya menjaga hafalan masing-masing, tetapi menjaga semangat satu sama lain agar tetap tegap.
Kadang ada air mata yang jatuh diam-diam ketika hafalan sulit masuk. Kadang ada tawa kecil saat satu kamar berhasil menuntaskan target bersama. Namun yang pasti, di sanalah tumbuh persaudaraan yang tidak akan pernah hilang meski mereka kelak dipisahkan oleh jarak, waktu, dan kesibukan.
Dan pada akhirnya, para santri mengerti bahwa perjalanan mereka bukan hanya tentang menghafal Al-Qur’an, tetapi tentang membangun diri, membangun jiwa, dan membangun kebersamaan yang tak akan pernah usai.