Gus Afif Kisahkan Sejarah Pendirian Asrama Sunan Bonang Denanyar Jombang
Program tahsin dan tahfidz Al-Qur’an tidak bisa dipisahkan
dari unsur pesantren, terlebih lagi pesantren modern seperti saat ini. Dari
program ini banyak kiai yang ingin mendirikan pondok tahfidz dengan tujuan
melahirkan kader-kader penghafal Al-Qur’an yang juga memahami isi kandungan
Al-Qur’an.
Salah satunya adalah Asrama Sunan Bonang, yang merupakan
cabang pesantren di bawah naungan Yayasan Mamba’ul Ma’arif Denanyar, Jombang.
Pendirian asrama ini terbilang cukup muda dibandingkan asrama lainnya di
lingkup Desa Denanyar.
Pengasuh Asrama Sunan Bonang, Agus M. Jauharul Afif,
menuturkan bahwa pendirian asrama pada tahun 2018 bermula dari keinginan
mertuanya, yakni KH Imam Haromain dan almarhumah Nyai Hj. Hamidah Ahmad. Kala
itu mereka berinisiatif membuat kelas atau asrama khusus bagi para penghafal
Al-Qur’an.
“Awal pendirian asrama dimulai tahun 2018, pada waktu itu
santrinya masih 50 anak, itupun santri pindahan dari asramanya bapak mertua
saya, yang memang benar-benar ingin mengikuti program tahfidz,” jelas Gus Afif
saat dikonfirmasi NU Online Jatim, Senin (26/2/2024).
Ia bercerita bahwa sejatinya bangunan asrama ini sudah ada
sejak 2014. Akan tetapi, masih belum dipakai karena sebelumnya belum ada sarana
penunjangnya. Akhirnya, pada tahun 2018 asrama ini diresmikan serta dibangun
beberapa fasilitas penunjang lainnya.
“Memang pada tahun awal diresmikan, asrama ini sangat
kesulitan untuk mencari guru. Bahkan kami sampai memberdayakan guru dari pondok
tahfidz lain untuk membantu di asrama ini,” terangnya.
Dirinya menjelaskan bahwa di Asrama Sunan Bonang, santri
tidak hanya difokuskan untuk sekadar menghafal Al-Qur’an, tetapi juga diajarkan
pengetahuan pendidikan formal sesuai jenjang masing-masing.
“Dan tidak hanya itu, mereka juga dibekali pendidikan
diniyah sebagai sarana memperdalam keilmuan agama,” ungkap lulusan Universitas
Al-Azhar Kairo itu.
Terkait kegiatan rutin di Asrama Sunan Bonang, ia
menerangkan bahwa santri melakukan setoran hafalan Al-Qur’an setiap ba’da Ashar
sebanyak lima kali dalam sepekan. Juga ada kegiatan penunjang seperti
mudarosah, yakni program wajib baca Al-Qur’an secara bi an-nadhor yang dipimpin
oleh seorang santri senior.
“Semua ini kami lakukan demi menunjang keberhasilan para
santri dalam menghafal sekaligus mengkhatamkan Al-Qur’an. Maka dari itu kami
selalu berpesan kepada para santri untuk membiasakan diri membawa serta membaca
Al-Qur’an kemanapun berada,” ujarnya.
Gus Afif juga menuturkan bahwa di Asrama Sunan Bonang ada salah
satu santri yang berhasil menghafalkan Al-Qur’an dengan cepat, yaitu Azhar
Dimyati asal Madura. Ia berhasil menghafalkan serta mengkhatamkan Al-Qur’an
secara bil ghoib dalam waktu 10 bulan.
Dikatakan pula bahwa pihaknya tidak pernah membeda-bedakan
santri yang ingin mondok. Siapapun bisa mondok di Asrama Sunan Bonang, tidak
harus memiliki hafalan Al-Qur’an sebelumnya. Menurutnya, tekad dan niat yang
kuat akan menjadi modal utama bagi penghafal Al-Qur’an.
“Maka dari itu, kita tidak akan pernah bisa mengamalkan
Al-Qur’an jika tidak memahami isi kandungan di dalamnya. Kita tidak akan pernah
bisa memahami atau mengerti isi kandungan Al-Qur’an jika tidak lewat membaca
Al-Qur’an. Dan kita tidak akan pernah bisa membaca Al-Qur’an jika tidak belajar
membaca Al-Qur’an,” pungkasnya.