Ridho Orang Tua, Jalan Menuju Ridho Allah
Dalam hidup ini, ada satu pintu keberkahan yang tidak boleh diabaikan oleh seorang anak: ridho orang tua. Restu mereka bukan sekadar kata-kata, melainkan doa tulus yang lahir dari hati penuh cinta. Dalam setiap tetes peluh seorang ayah dan dalam setiap doa lirih seorang ibu, terkandung keberkahan yang mampu membuka jalan menuju ridho Allah ﷻ.
Rasulullah ﷺ pernah bersabda:
“Ridha Allah tergantung pada ridha orang tua, dan murka Allah tergantung pada murka orang tua.”(HR. Tirmidzi, Ibnu Hibban, al-Hakim)
Hadits ini menjadi penegasan bahwa hubungan seorang anak dengan Tuhannya sangat erat dengan hubungan anak kepada orang tuanya. Betapa banyak orang yang bekerja keras siang dan malam, namun hasilnya tidak seberapa, karena barangkali ia melupakan doa dan restu orang tuanya. Sebaliknya, ada orang yang langkahnya terasa ringan, kesuksesannya datang tanpa diduga, karena di balik itu ada doa orang tua yang selalu menyertai.
Allah ﷻ pun memerintahkan secara jelas dalam Al-Qur’an:
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya…”(QS. Al-‘Ankabut: 8)
Ayat ini menunjukkan bahwa berbakti kepada orang tua bukanlah pilihan, tetapi kewajiban. Ia adalah bagian dari iman, bagian dari ketaatan kepada Allah. Bahkan, dalam ayat lain Allah menggandengkan perintah untuk menyembah-Nya dengan berbuat baik kepada orang tua (QS. Al-Isra: 23).
Bayangkanlah bagaimana seorang ibu dengan sabar merawat anaknya sejak dalam kandungan, menanggung sakit demi menghadirkan kehidupan baru. Seorang ayah bekerja tanpa lelah, mengorbankan waktu, tenaga, dan kenyamanan demi memastikan anaknya bisa tumbuh dengan baik. Maka sungguh tidak pantas bila seorang anak meninggikan suara, membantah, atau menyakiti hati mereka.
Kisah tentang pentingnya restu orang tua sering kali nyata dalam kehidupan. Ada anak yang cerdas dan penuh cita-cita, namun ketika ia meremehkan doa orang tuanya, segala usahanya terasa berat. Sebaliknya, ada anak yang sederhana, mungkin tak menonjol di mata manusia, tetapi ia selalu berbakti, patuh, dan mendoakan orang tuanya. Hidupnya justru penuh dengan kemudahan. Itulah kekuatan doa dan ridho orang tua.
Ridho orang tua tidak selalu tampak dalam hal-hal besar. Kadang ia hadir dalam senyuman, dalam ucapan sederhana seperti “hati-hati di jalan,” atau dalam doa lirih yang tidak pernah terdengar oleh sang anak. Namun doa itulah yang mampu menembus langit, melindungi anak dari bahaya, serta membuka pintu-pintu rezeki yang tak terduga.
Rasulullah ﷺ juga mengingatkan dalam hadits lain:
“Keridhaan Allah ada pada keridhaan kedua orang tua, dan kemurkaan Allah ada pada kemurkaan keduanya.”(HR. Bukhari)
Hadits ini menegaskan sekali lagi bahwa jalan menuju ridho Allah sangat erat dengan ridho orang tua. Maka siapa pun yang menginginkan hidup penuh keberkahan hendaknya menjaga hatinya untuk selalu berbakti, menghormati, dan menyenangkan hati orang tua.
Berbakti kepada orang tua bukan hanya saat mereka masih hidup. Bahkan ketika mereka telah tiada, seorang anak masih bisa mengirimkan doa, melanjutkan amal jariyah mereka, dan menjaga silaturahmi dengan orang-orang yang mereka cintai. Semua itu adalah tanda kesungguhan seorang anak dalam memuliakan orang tuanya.
Akhirnya, marilah kita renungkan: apakah kita sudah benar-benar berusaha membahagiakan orang tua? Apakah kita sudah mengucapkan terima kasih atas segala pengorbanan mereka? Jangan tunggu waktu berlalu dan kesempatan hilang. Selama mereka masih ada, muliakanlah dengan sepenuh hati.
Sebab pada hakikatnya, ridho orang tua adalah jalan terindah menuju ridho Allah.


