Menelaah Cara Bernegara Nabi Muhammad SAW.
Ditengah maraknya aksi demo di masyarakat yang menuntut berbagai ketidak adilan pemerintah sedikit banyak mencerminkan bagaimana keadaan negara saat ini. Maka dari itu perlu kiranya bagi kita menelaah kembali bagaimana cara bernegara Nabi Muhammad ﷺ.
Nabi Muhammad ﷺ bukan hanya seorang nabi dan rasul, tetapi juga seorang negarawan agung. Beliau berhasil membangun sebuah peradaban yang kuat, beradab, dan penuh nilai kemanusiaan. Hal ini paling jelas terlihat setelah beliau hijrah ke Madinah, di mana lahirlah sebuah model tata kelola masyarakat yang kini dikenal sebagai Piagam Madinah.
Piagam ini bukan sekadar perjanjian politik, melainkan sebuah konstitusi pertama dalam sejarah manusia yang menjamin kehidupan bersama di tengah keberagaman. Melalui Piagam Madinah, kita dapat menggali banyak prinsip bernegara yang relevan untuk diterapkan hingga hari ini.
1. Prinsip Keadilan dan Kesetaraan
Nabi Muhammad ﷺ menegakkan keadilan tanpa membeda-bedakan latar belakang sosial, etnis, maupun agama. Semua penduduk Madinah, baik Muslim maupun non-Muslim, dipandang memiliki kedudukan yang sama di depan hukum. Inilah salah satu fondasi terpenting yang menjadikan masyarakat Madinah hidup dalam harmoni.
2. Musyawarah (Syura) dalam Pengambilan Keputusan
Dalam memimpin, Rasulullah ﷺ tidak bersikap otoriter. Beliau melibatkan para sahabat dalam musyawarah untuk mengambil keputusan penting. Prinsip syura ini mencerminkan bahwa kepemimpinan yang baik harus mendengar aspirasi umat dan mempertimbangkan kepentingan bersama.
3. Toleransi dan Kebebasan Beragama
Madinah adalah kota yang dihuni oleh berbagai komunitas: Muslim, Yahudi, Nasrani, dan kelompok-kelompok lain. Nabi Muhammad ﷺ menegaskan dalam Piagam Madinah bahwa masing-masing berhak menjalankan ajaran agamanya tanpa paksaan. Prinsip kebebasan beragama ini menjadi contoh nyata toleransi yang luhur.
4. Hak dan Kewajiban Warga Negara
Piagam Madinah juga menegaskan bahwa setiap kelompok memiliki hak yang sama untuk dilindungi, tetapi juga kewajiban yang sama untuk menjaga keamanan dan perdamaian. Dengan demikian, tercipta keseimbangan antara hak individu dan tanggung jawab sosial.
5. Menjunjung Perdamaian
Sepanjang hidupnya, Nabi ﷺ selalu mengutamakan perdamaian. Perang hanya ditempuh ketika umat benar-benar terancam. Bahkan dalam peperangan pun, beliau menegaskan aturan moral: tidak boleh membunuh anak-anak, perempuan, orang tua, dan tidak boleh merusak tempat ibadah.
6. Kepemimpinan yang Melayani
Nabi Muhammad ﷺ menempatkan dirinya sebagai pelayan umat. Beliau tidak hidup bermewah-mewahan, meskipun sebagai pemimpin negara. Kesederhanaannya menjadi teladan bahwa seorang pemimpin sejati bukan untuk dilayani, tetapi untuk melayani rakyatnya.
✨ Dari cara beliau membangun masyarakat Madinah, kita belajar bahwa negara yang kuat lahir bukan dari kekuasaan semata, melainkan dari keadilan, musyawarah, toleransi, dan kasih sayang. Prinsip-prinsip inilah yang perlu terus digali dan dihidupkan kembali di tengah kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini.
