Allah Tidak Menjauh, Hanya Kita yang Terlalu Sibuk
Dalam perjalanan hidup yang semakin cepat, kita sering merasa jauh dari ketenangan. Hari-hari penuh dengan deadline, pekerjaan yang menumpuk, pesan yang harus dibalas, tuntutan hidup yang tak henti. Dan tanpa sadar, kita mulai merasa seperti Allah menjauh dari hidup kita. Padahal, sebenarnya bukan Allah yang menjauh—tetapi kita yang terlalu sibuk untuk mendekat.
Allah tidak pernah meninggalkan hamba-Nya. Dia lebih dekat dari urat leher kita, sebagaimana firman-Nya:
“Dan sungguh, Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.”(QS. Qaf: 16)
Ayat ini bukan hanya penjelasan tentang kedekatan Allah, tetapi juga pengingat bahwa seberapa jauh pun kita merasa tersesat, Allah tidak pernah benar-benar meninggalkan kita. Yang menipiskan hubungan kita hanyalah waktu-waktu yang tak lagi kita luangkan untuk-Nya.
Kita terlalu sibuk mengejar dunia, sampai kadang lupa menyapa Tuhan dalam sujud. Sibuk meraih mimpi, sampai lupa bahwa Pemilik semua mimpi adalah Allah. Kita sibuk mendengar suara manusia, tetapi lalai mendengar suara hati yang mengajak untuk kembali.
Padahal, cukup satu menit untuk beristighfar. Satu menit untuk mengucap hamdalah. Satu menit untuk menenangkan diri dan berkata dalam hati: “Ya Allah, aku kembali.”
Allah tidak menuntut panjangnya doa, tidak meminta sulitnya amalan. Yang Ia minta hanyalah hati yang tulus ingin dekat. Dan ketika seorang hamba berjalan kepada-Nya, Allah akan berlari—sebagaimana disebutkan dalam hadis Qudsi:
“Jika hamba-Ku mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku mendekat kepadanya sehasta; jika ia datang berjalan, Aku datang kepadanya berlari.”(HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini seperti pelukan yang menenangkan jiwa. Allah tidak butuh kita. Kitalah yang butuh Dia. Namun Allah tetap menyambut kita, bahkan ketika kita kembali dengan kondisi paling lemah, paling rapuh, atau paling sibuk sekalipun.
Maka hari ini, berhentilah sejenak. Ambil napas panjang. Letakkan semua kesibukan dunia. Ucapkan satu kalimat yang bisa menyucikan hati:
“Astaghfirullah.”
Rasa jauh itu akan perlahan hilang. Sebab Allah tidak pernah pergi. Hanya kita yang perlu kembali.
