Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Setoran Hafalan Al-Qur’an dengan Metode Musyafahah



Menghafal Al-Qur’an merupakan salah satu amalan mulia yang menjadi dambaan banyak umat Islam. Para penghafal Al-Qur’an (huffaz) tidak hanya menjaga kalamullah dalam hatinya, tetapi juga memelihara kemurnian bacaan sebagaimana yang diajarkan Rasulullah ﷺ. Dalam proses menghafal, salah satu metode penting yang digunakan adalah musyafahah, yaitu setoran hafalan Al-Qur’an dengan memperdengarkan bacaan langsung di hadapan seorang guru atau pembimbing.

 

Apa Itu Musyafahah?

Secara bahasa, musyafahah berasal dari kata syafah yang berarti bibir. Dalam konteks tahfidzul Qur’an, musyafahah berarti memperdengarkan bacaan hafalan dengan lisan kepada guru, sehingga guru dapat menyimak dengan seksama gerakan bibir, makhraj huruf, serta panjang-pendek bacaan. Dengan demikian, murid tidak hanya diuji hafalannya, tetapi juga dibimbing tajwid dan fashohahnya.

 

Landasan Musyafahah

Metode musyafahah memiliki dasar yang kuat dalam tradisi keilmuan Islam. Rasulullah ﷺ sendiri menerima wahyu dari Malaikat Jibril dengan cara mendengarkan, lalu beliau membacakan kembali sesuai dengan yang diajarkan. Bahkan setiap bulan Ramadhan, Jibril men-talaqqi bacaan Rasulullah ﷺ untuk menguatkan hafalan beliau. Dari sinilah para ulama mengembangkan metode talaqqi dan musyafahah dalam menjaga otentisitas Al-Qur’an.






Keutamaan Musyafahah dalam Setoran Hafalan

  1. Menjaga Keaslian Bacaan

Dengan musyafahah, seorang guru bisa langsung mengoreksi kesalahan makhraj, tajwid, atau kelancaran hafalan. Hal ini mencegah murid dari kesalahan yang terus berulang.

  1. Menguatkan Hafalan

Hafalan yang sudah disetorkan akan lebih kuat melekat dalam ingatan. Proses mendengar koreksi dan mengulang bacaan membuat hafalan semakin kokoh.

  1. Mewarisi Tradisi Ilmiah

Musyafahah merupakan metode sanad yang bersambung hingga Rasulullah ﷺ. Melalui cara ini, seorang hafidz bukan hanya menghafal, tetapi juga tersambung dalam mata rantai penjaga Al-Qur’an.

  1. Mendidik Adab dan Disiplin

Setoran hafalan menuntut kedisiplinan, keikhlasan, dan adab seorang murid kepada guru. Dengan demikian, proses menghafal Al-Qur’an tidak hanya menumbuhkan ilmu, tetapi juga membentuk akhlak.


Di Asrama sunan bonang, menyetorkan hafalan denan metode musyafahah menjadi agenda harian para santri. Biasanya santri menyetorkan hafalan beberapa ayat atau halaman kepada ustadz/ustadzah. Guru kemudian menyimak dengan teliti, memberikan koreksi, serta mencatat perkembangan hafalan santri.

Selain itu, metode ini juga sering dilengkapi dengan muraja’ah (mengulang hafalan lama), sehingga hafalan baru tidak menghapus hafalan lama.


 

Penutup

Musyafahah adalah jantung dari proses setoran hafalan Al-Qur’an. Dengan metode ini, hafalan tidak hanya tersimpan dalam ingatan, tetapi juga terjaga kemurniannya sesuai dengan tuntunan Rasulullah ﷺ. Semoga para penghafal Al-Qur’an senantiasa diberi kekuatan dalam menjaga hafalan, dan kita semua dapat ikut mengambil bagian dalam memuliakan kalamullah dengan cara apapun yang kita mampu.

 


Lokasi Kami