Di Antara Ayat dan Senyum yang Menyatukan
Di Asrama Sunan Bonang, kebersamaan semacam ini bukan hal asing. Malam yang hening sering kali dihiasi dengan lantunan ayat-ayat suci Al-Qur’an, dibarengi canda kecil dan senyum tulus santri yang tengah belajar bersama. Seolah Al-Qur’an bukan hanya kitab untuk dibaca, melainkan juga cahaya yang menyatukan hati dalam ikatan persaudaraan.
Allah Swt. berfirman dalam Al-Qur’an:
“Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara, maka damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.”(QS. Al-Hujurat: 10)
Ayat ini menjadi pengingat bahwa kebersamaan para santri tidak sekadar pertemanan biasa. Ia adalah ukhuwah—persaudaraan yang lahir dari iman, dipupuk oleh ilmu, dan dikuatkan oleh ayat-ayat suci.
Ayat yang Mengikat Persaudaraan
Setiap huruf yang dilantunkan oleh santri adalah doa. Setiap ayat yang dibaca menjadi cahaya yang menembus hati. Dan ketika ayat-ayat itu dibaca bersama, tumbuhlah rasa persaudaraan yang begitu kuat. Inilah yang membuat pesantren berbeda: di sini, ilmu dan persaudaraan berjalan beriringan, melahirkan generasi yang kokoh dalam iman sekaligus lembut dalam akhlak.
Senyum yang Menyatukan Jiwa
Senyum yang terukir di wajah santri adalah cermin dari kebahagiaan ruhani. Betapa indahnya saat mengaji dilakukan bukan hanya untuk diri sendiri, melainkan bersama teman seperjuangan. Tawa ringan dan diskusi hangat yang menyertai bacaan ayat adalah bukti bahwa persaudaraan sejati lahir dari keikhlasan hati.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Tidak beriman salah seorang dari kalian hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.”(HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini menegaskan bahwa persaudaraan adalah bagian dari keimanan. Senyum dan kebersamaan para santri saat mengaji adalah wujud nyata dari cinta yang lahir karena Allah.
Pesantren: Tempat Ilmu dan Ukhuwah Bersemi
Pesantren bukan sekadar tempat belajar, tetapi rumah bagi persaudaraan yang dibangun atas dasar iman. Santri hidup bersama, belajar bersama, beribadah bersama, dan tumbuh bersama. Mushaf yang ada di tangan mereka adalah bukti bahwa ilmu dan ukhuwah tak pernah bisa dipisahkan.
Maka, “Di Antara Ayat dan Senyum yang Menyatukan” bukan sekadar judul, melainkan kenyataan yang hidup di pesantren. Ayat-ayat suci yang dibaca menumbuhkan keteguhan, sementara senyum yang terukir mempererat persaudaraan. Dari sinilah lahir generasi yang siap membawa cahaya Al-Qur’an untuk umat dan bangsa.