Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Agama Sebagai Fondasi Moral Politik, Bukan Alat politik

Perdebatan mengenai hubungan agama dan politik selalu muncul dalam diskursus masyarakat modern. Ada yang berpendapat agama harus dipisahkan dari politik agar keduanya tidak saling mengganggu, sementara yang lain menilai agama justru harus menjadi dasar dalam setiap aspek kehidupan, termasuk politik. Dalam pandangan Islam, hubungan antara agama dan politik bukanlah sesuatu yang kontradiktif, melainkan saling melengkapi.

Agama, dalam hal ini Islam, bukan hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, tetapi juga mengatur tata cara manusia membangun masyarakat. Shalat, zakat, dan puasa memang aspek ibadah ritual, tetapi Islam juga menekankan keadilan sosial, amanah, musyawarah, hingga tanggung jawab kepemimpinan.

Politik, yang pada hakikatnya adalah seni mengelola urusan masyarakat, membutuhkan nilai moral agar tidak terjebak pada perebutan kekuasaan semata. Tanpa nilai agama, politik bisa menjadi kotor, penuh manipulasi, dan merugikan rakyat. Karena itu, agama hadir untuk memberikan etika dan kompas moral agar politik dijalankan dengan amanah, keadilan, dan keberpihakan kepada kemaslahatan umum.


Politik dalam Sejarah Islam

Sejarah Islam mencatat bahwa agama dan politik berjalan berdampingan sejak awal. Rasulullah ﷺ, setelah hijrah ke Madinah, memimpin masyarakat yang majemuk melalui Piagam Madinah. Piagam ini bukan hanya dokumen politik, tetapi juga cerminan ajaran agama yang menekankan keadilan, persaudaraan, dan penghormatan terhadap perbedaan.

Para khalifah setelah Rasulullah juga menjalankan politik yang berlandaskan agama. Abu Bakar menegaskan kepemimpinan sebagai amanah, Umar bin Khattab memprioritaskan keadilan sosial, Utsman bin Affan menekankan persatuan umat, dan Ali bin Abi Thalib mengutamakan integritas. Ini semua menunjukkan bahwa politik dalam Islam adalah sarana untuk menegakkan nilai-nilai agama di ruang publik.


Tantangan Hubungan Agama dan Politik Saat Ini

Meski idealnya agama dan politik saling melengkapi, realita di lapangan seringkali berbeda. Beberapa tantangan yang muncul antara lain:

  1. Politisasi Agama
    Agama kadang dijadikan alat untuk meraih kekuasaan. Simbol dan retorika agama dipakai untuk menarik dukungan, tetapi setelah berkuasa, nilai-nilainya diabaikan.
  2. Sekularisasi Politik
    Sebagian pihak berusaha menyingkirkan agama dari ruang politik, dengan alasan agama dianggap menghalangi modernisasi. Padahal, tanpa nilai moral dari agama, politik bisa kehilangan arah dan tujuan mulia, bahkan menjadi sangat berbahaya.
  3. Kurangnya Teladan Pemimpin
    Banyak pemimpin yang mengaku membawa nilai agama, namun justru terjerat praktik korupsi, nepotisme, atau ketidakadilan. Hal ini menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap peran agama dalam dunia politik.


Prinsip Islam dalam Menghubungkan Agama dan Politik

Islam mengajarkan beberapa prinsip penting agar agama dan politik dapat berjalan harmonis:

  • Amanah: Kekuasaan adalah titipan Allah yang harus dijalankan dengan penuh tanggung jawab.
  • Keadilan: Politik harus menjamin keadilan bagi seluruh rakyat, tanpa diskriminasi.
  • Musyawarah (Syura): Keputusan penting diambil melalui proses musyawarah yang melibatkan suara masyarakat, tidak otoriter namun mengatasnamakan mandat dari rakyat..
  • Kemaslahatan Umum: Setiap kebijakan politik harus berpihak pada kepentingan rakyat, bukan kepentingan pribadi atau kelompok tertentu.
  • Akhlak: Pemimpin dan pejabat publik harus menjadi teladan dalam kejujuran, kesederhanaan, dan kepedulian.


Menyatukan Agama dan Politik di Era Modern

Di era modern, umat Islam menghadapi tantangan besar untuk menampilkan wajah politik yang benar-benar mencerminkan ajaran agama. Ada beberapa langkah yang bisa ditempuh:

  1. Mendidik Masyarakat Politik yang Cerdas
    Umat Islam perlu memahami politik bukan sekadar perebutan kekuasaan, tetapi sebagai sarana ibadah sosial. Pendidikan politik berbasis agama penting agar masyarakat tidak mudah terjebak pada politik uang atau isu sektarian.
  2. Membangun Pemimpin Berintegritas
    Pemimpin Muslim ideal adalah mereka yang memiliki kompetensi, berintegritas, dan menjadikan agama sebagai pedoman moral dalam mengambil keputusan.
  3. Aktif dalam Ruang Demokrasi
    Partisipasi politik umat Islam penting agar kebijakan publik mencerminkan nilai keadilan. Sikap apatis hanya akan memberi ruang bagi pihak yang tidak amanah untuk menguasai panggung politik.


Pada akhirnya, agama dan politik dalam Islam bukanlah dua entitas yang saling meniadakan, melainkan dua hal yang saling menguatkan. Agama memberi arah dan moralitas, sementara politik menjadi sarana nyata untuk mewujudkan ajaran agama dalam kehidupan sosial.

Jika politik dijalankan tanpa agama, ia berpotensi melahirkan kezhaliman. Sebaliknya, agama yang mengabaikan politik akan kehilangan daya aplikatifnya. Dengan menyatukan keduanya secara seimbang, umat Islam dapat mewujudkan masyarakat yang adil, sejahtera, dan diridhai Allah.


Lokasi Kami